cerpen unik "Gadis Tomboy Pengembala Sapi"
SEHARIAN DENGAN SAPI
Pembaca yang tidak pernah tinggal
di desa atau di kampung akan sulit membayangkan situasi dimana aku bercerita.
Sedangkan mereka yang masa kecilnya tinggal di desa mungkin akan lebih mudah
mencerna ceritaku.
Aku berasal dari keluarga yang sederhana . Orang tuaku memiliki beberapa bidang tanah yang digarap oleh orang dan 4 ekor sapi yang dipeliharanya sendiri. Saya baru duduk di kelas 2 SMP sepulang sekolah setelah menyelesaikan tugas yang diberikan guru Aku duduk santai atau membantu ibu sambil menunggu waktu sore.Matahari sudah agak condong ke barat artinya hari sudah sore.Saya berangkat ketempat biasa aku bertemu dengan teman-temanku.Bukit yang berada di belakang Tower itu adalah tempat yang ku maksudkan tadi.Di sana saya bertemu dengan teman pengembala sapi dan sepupuku yang mengembala sapi juga.Walaupun saya adalah satu-satunya perempuan ditempat itu tapi saya merasa senang bisa berteman dengan mereka.Sore itu mereka mengembala sapinya untuk digiring ke kandang karena hari sudah hampir gelap. Namun sebelum mereka pulang mereka menyempatkan diri untuk bermain bola terlebih dahulu.Setelah adzan magrib berkumandang segeralah kami bergegas pulang.
Aku berasal dari keluarga yang sederhana . Orang tuaku memiliki beberapa bidang tanah yang digarap oleh orang dan 4 ekor sapi yang dipeliharanya sendiri. Saya baru duduk di kelas 2 SMP sepulang sekolah setelah menyelesaikan tugas yang diberikan guru Aku duduk santai atau membantu ibu sambil menunggu waktu sore.Matahari sudah agak condong ke barat artinya hari sudah sore.Saya berangkat ketempat biasa aku bertemu dengan teman-temanku.Bukit yang berada di belakang Tower itu adalah tempat yang ku maksudkan tadi.Di sana saya bertemu dengan teman pengembala sapi dan sepupuku yang mengembala sapi juga.Walaupun saya adalah satu-satunya perempuan ditempat itu tapi saya merasa senang bisa berteman dengan mereka.Sore itu mereka mengembala sapinya untuk digiring ke kandang karena hari sudah hampir gelap. Namun sebelum mereka pulang mereka menyempatkan diri untuk bermain bola terlebih dahulu.Setelah adzan magrib berkumandang segeralah kami bergegas pulang.
Setelah Aku sampai di
rumah Aku dikejutkan dengan suara yang tidak
asing lagi bagiku ”kamu dari mana?” tidak salah lagi itu adalah suara bapakku.
Saya dari bukit dibelakang tower. Jawabku sambil duduk didekatnya .”untuk Apa kamu
sering kesana”tanyanya lagi.
Saya suka melihat para pengembala mengembalakan sapinya.jawabku.
“Anak mu yang satu ini memang lain dari pada yang lain”jelas
mamaku lagi.
“Memangnya kenapa ?” tanya papaku .
“Anak perempuan kok senangnya main sama laki-laki” jawab
mama.
“Biarkan saja” kata papa.
“Iyya Ma, Apa salah
kalau akau bermain dengan anak laki-laki termasuk sepupuku sendiri” Tanyaku
“Iyya deh terserah kamu” ujar mama dengan suara rendah.
Saya anak kedua dari 4 bersaudara.Kata orang kerena saya
4 bersaudara perempuan semua maka wajar
jika saya menjadi anak yang tomboy, itu sich kata orang.
Pagi hari seperti biasanya saya bersiap ke sekolah.
“Ma papa mana”? Tanyaku pada
mama
“Papa pergi mengeluarkan sapi nanti juga pulang” jawabnya
Oooo.balasku lagi.
Sepulang sekolah saya merasa sangat capek sekali dan memutuskan untuk tidur.Bangun tidur tanpa
Aku duga papa mengajakku untuk pergi mengembala sapi.
“Nung” begitu panggilan Papa padaku
“ya” balasnya.
“Mau ikut mengembala sapi”?tanyanya
“iya..iya” jawabku dengan suara senang.
Maka tanpa pikir panjang
saya segera pergi mengembala sapi bersama Papa.Sesampainya di sana saya sangat senang melihat sapi-sapiku yang
tampak sehat, Dan bertemu dengan teman-teman.
Yoyo sepupuku berkata ndi Nung coba kamu yang mengembalakan
sapimu itu.Dalam hati Aku masih ragu
dengan perkataan sepupuku itu. apakah
saya sanggup mengembala sapi kataku dalam hati.Akhirnya Aku memutuskan untuk memberi tahu papa dengan usulan sepupuku itu.
Papaku pun mengijinkan untuk mengembalakan sapi
itu.Saya merasa senang dan khawatir juga karena tidak mudah bagi saya untuk
mengembala sapi.Hari pertama mengembala sapi
aku merasa senang. Kami mengembala sapi dari satu tempat ketempat
lain tergantung dengan tersedianya rumput untuk sapi-sapi kami.Sore itu
kami pergi mengembala sapi dengan yang lainnya. Tak berapa lama
kami berjalan terdengar suara yang mengejutkan
dan menghentikan langkah kami.Ternyata suara itu adalah suara choky salah satu teman pengembala sapi .
“woooi” Teriaknya
”kamu kenapa chok”? balas kami sambil menoleh padanya.
“Sapiku hilang” jawabnya dengan
suara yang serak.
“Memangnya kamu ikat dimana” ?
Tanyaku
“Di sebelah pohon besar itu”
jawabnya sambil menunjuk pohon besar
tersebut.
“Ayo kita cari sapimu bersama”ujar
kami
Setelah beberapa lama kami mencari sapi yang kayanya hilang. Ternyata
sapi itu ikut dengan sapi milik orang lain mungkin sapi itu mengira bahwa
gerombolan sapi itu adalah temannya.Serantak kami tertawa lepas ternyata sapi juga bisa salah
alamat yaa.
Menjadi pengembala sapi aku merasa senang karena menjadi dekat dengan
sapi-sapi dan memiliki banyak teman yang
sederhana tapi menyenangkan mendapat pembelajaran bahwa kebersamaan dalam
situasi apapun akan terasa mudah dengan dihadapi bersama.
Menjadi pengembala sapi perempuan merupakan hal tidak mudah, banyak
orang yang menyindir dengan apa yang aku
kerjakan tapi ya aku orang cuek kok jadi mau ngomong apa saja
terserah orang aja itu hak mereka mengeluarkan pendapatnya. Bahkan terkadang
mereka berkata kepadaku “apa kamu tidak malu dengan teman-temanmu sebagai pengembala sapi,kamu kan anak perempuan seharusnya tinggal di rumah atau keluar
jalan-jalan dengan anak sebayamu”? mendengar pertanyaan mereka, Aku tidak tersinggung sama sekali Aku menjawab pertanyaan mereka dengen berkata “Aku
tidak malu menjadi pengembala sapi
bersama anak laki-laki lainnya,aku malah
malu kalau keluar rumah kesana-kemari
tanpa alasan yang jelas dan bergaul dengan anak perempauan yang suka
duduk di pinggir jalan.Mengembala sapi pun bukan hal yang buruk.Aku senang
dengan kepribadianku sekarang saya merasa enjoy berteman dengan anak laki-laki
daripada anak perempuan jelasku.setelah sampai dirumah saya merasa capek sekali maklum baru
permulaan.Saat itu mamaku marah “ngapain
kamu mengembala sapi segala”?tanya mama
dengan suara yang agak keras. Tidak apa-apa kok saya sendiri yang
mau.balasku.”Ya sudah tapi kalau sakit jangan mengeluh” jawabnya dengan suara
yang terdengar kesal padaku.
Aku makan malam dan setelah itu
aku tidur kerena sudah capek mengembala sapi.